Sinopsis:
Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang
dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi
ditempat rahasia.
Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu
mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma,
mempertemukannya dengan Jati Wesi.
Jati memiliki penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh
besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya
untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.
Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya memperkerjakan Jati di
perusahaannya, raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya.
Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan
serupa dengannya.
Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa,
semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya dan masa lalu yang tak
pernah ia tahu.
Review:
Jati Wesi bertahan hidup di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang,
bekerja sebagai peracik parfum di Attarwala dan beberapa pekerjaan sampingan
lainnya. Satu yang Jati banggakan, yaitu keistimewaan hidungnya. Hidungnya
dijuluki dengan ‘Hidung Tikus’ karena dapat mengendus sesuatu yang tidak dapat
diendus oleh manusia lain. Ya, dia dapat membaui apapun, mayat, bangkai tikus,
janin akibat aborsi, ketiak manusia, dan hal-hal semacamnya.
Bekerja sebagai peracik parfum menjadi suatu hal yang membahagiakan untuk
Jati, dia dapat bereksperimen sesuka hati, menciptakan inovasi baru dan banyak
menarik para pelanggan dengan aroma-aroma parfum yang mereka sukai. Namun,
ternyata hidup Jati tidak semulus pantat bayi. Dia harus terlibat skandal
dengan perusahaan parfum lain, yakni Kemara. Kemara dipegang kendali oleh Raras
Prayagung, wanita ambisius yang memiliki anak tunggal bernama Tanaya Suma.
Pertemuan Jati, Raras dan Suma, ternyata ada unsur ketersengajaan. Hal itu
sangat berkaitan dengan Puspa Karsa, bunga sakti yang hanya dapat dicari dengan
aromanya saja. Raras yang sejak dulu sangat mendamba-dambakan Puspa Karsa,
melibatkan Jati untuk dapat menemukannya. Tanpa disangka, saat mencari Puspa
Karsa Jati menemukan banyak teka-teki tentang masa lalunya. Namun, dapatkah
jati menemukan Puspa Karsa? Jawabannya ada ketika anda membaca novel ini.
Sudah lama saya tidak mereview buku, dan kini saya review bukunya Dee
Lestari berjudul Aroma Karsa. Jujur, ini kali pertama saja membaca karya Dee
Lestari dengan fokus. Dulu pernah membaca novelnya yang berjudul Supernova,
karena pinjam di perpustakaan dekat sekolah. Tapi tidak sampai selesai, hihi.
Kali ini diberi kesempatan lagi untuk membaca sekaligus mereviewnya.
Hal yang pertama akan saya kritik dari kover dan judul. Sangat, sangat, dan
sangat membuat saya penasaran. Aroma Karsa dengan kover batang pohon yang
terlihat seperti akar, bunga-bunga, burung dan ada kupu-kupu serta tumbuhan
lainnya. Rasa penasaran itu lunas terbayarkan setelah baca novel ini, oh fantasi toh. Ternyata genrenya
fantasi dan turut membuat imajinasi saya liar. Jalan ceritanya, sedikit
menyinggung sejarah namun saya yakin novel ini riil fiksi. Untuk 700 halaman,
saya perlu memakan waktu berbulan-bulan lalu dapat menyelesaikan dengan tamat.
Kenapa begitu lama sampai berbulan-bulan? Ada beberapa kali saya mandek karena
rutinitas dan tuntutan tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu. So, saya sampai lupa jika sedang membaca
aroma karsa.
Di dalam buku ini, kita dapat menemukan bermacam-macam bau yang sebelumnya
tidak pernah kita pikirkan, prosedur tentang pembuatan parfum dengan mendetail
sehingga kita dapat membayangkan wanginya melalui indera penciuman, ataupun bau
menyengat TPA Bantar Gebang seperti bau bangkai dan anyir lainnya, begitu
mendetail. Jadi, ‘Aroma Karsa’ memang membahas tentang aroma. Aroma apa saja
yang dirasakan oleh tokoh utama novel. Setelah membaca novel ini, meskipun
sudah setengah halaman. Saya masih bertanya-tanya, apa itu Puspa Karsa? Puspa
artinya bunga, dan Karsa adalah nama bunga tersebut. Berarti, bunga karsa.
Secara keseluruhan, saya sangat menyukai gaya penulisan Dee Lestari. Sudut
pandang penulis dengan cerita yang ‘ribet’ tapi digambarkan sederhana melalui
gaya bahasanya, cukup membuat saya paham dan betah membacanya sampai habis
meski sempat mandek. Saya hampir tidak menemukan typo di dalam novel ini, hanya
beberapa kelebihan kata yang diulang hingga dua kali.
Meskipun saya suka dengan plot dan gaya penulis. Tapi ada hati saya tetap
miris dengan kisah percintaan Arya dan Suma. Harus kandas dengan orang ke tiga,
dan di sini Suma mengharuskan memilih selingkuhannya dan menurut kaca mata
saya, jelas menyakiti Arya. Novel ini banyak mengandung kekeluargaan,
percintaan dan intuisi.
My rating 8,5/10
0 komentar:
Post a Comment